WELCOME TO MY SITE

Lidah Yang Menggangu Komunikasi

COLORADO - Seorang profesor mengatakan bahwa jilatan api Matahari terbesar terjadi dalam sebuah badai angkasa terbesar pada 15 Februari silam, setidaknya dalam waktu empat tahun terakhir dan telah mengganggu beberapa jalur komunikasi di Bumi.

Profesor Daniel Baker dari University of Colorado Boulder, seorang ahli cuaca angkasa, mengatakan kalau badai angkasa sangat mempengaruhi jalur komunikasi di Bumi. Demikian seperti yang dikutip dari Cellular News, Jumat (25/2/2011).
"Jilatan api yang diklasifikasikan sebagai Class X pada kejadian tanggal 15 Februari telah memuntahkan miliaran ton partikel ke Bumi yang disebut sebagai 'penyemburan koronal massal' dan memicu badai geomagnetik di ladang magnetik di Bumi," ujar Profesor Baker.

Penyemburan energi dalam skala besar tersebut dapat menyebabkan berbagai variasi masalah sosioekonomik dan keamanan mulai dari kekacauan sistem navigasi udara.

"Matahari kembali hidup. Karena selama beberapa tahun terakhir aktivitas matahari selalu 'diam'," jelas Profesor Baker.

"Dari sudut pandangan ilmuwan, jilatan api Class X, adalah jilatan api matahari yang paling kuat," ungkap Profesor Baker

Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), beberapa lagi penyemburan koronal massal akan mencapai atmosfir Bumi dalam kurun waktu dua hari ke depan.

"Ketergantungan manusia akan teknologi membuat masyarakat menjadi lebih rentan akan efek cuaca angkasa. Akan tetapi para ilmuwan kini telah membuat beberapa langkah postif terhadap fenomena ini," kata Profesor Baker.

"Akan sangat menarik melihat bagaimana sistem teknologi manusia akan bertahan terhadap kerasnya cuaca angkasa, dan bisa membangun teknologi komunikasi yang kuat, sebagaimana aktivitas matahari akan kembali meningkat," tutup Profesor Baker.
[..]

Lebih Pintar Otak Kecil

WASHINGTON - Otak manusia telah mengalami penyusutan selama 30 ribu tahun terakhir. Namun penyusutan ini dianggap memberikan sisi positif, yaitu membuat manusia lebih pintar.

Dilansir melalui Straits Times, Minggu (6/2/2011), para peneliti percaya jika otak manusia yang menyusut akan membuat manusia justru lebih pintar. Pasalnya, menurut peneliti, evolusi otak itu akan membuat gerak otak semakin ringan dan lebih efisien.

Peneliti percaya jika rata-rata ukuran otak manusia modern (homo sapiens) telah menyusut sebanyak 10 persen, dari 1.500 ke hanya 1.359 sentimeter kubik, sepanjang puluhan ribu tahun itu. Ukuran otak manusia sekarang hampir sama dengan besar bola tenis.

Otak wanita, menurut peneliti, memiliki kadar penyusutan yang sama. Namun sejak awal memang rata-rata ukuran otak wanita lebih kecil ketimbang laki-laki. Pengukuran ini mengambil contoh tengkorak kepala yang ditemukan di Eropa, Timur Tengah dan Asia.

"Saya menyebutnya penyusutan besar dalam waktu cepat," ujar John Hawks dari University of Michigan. Namun para antropolog menegaskan bahwa penyusutan otak adalah hal yang tidak terlalu mengejutkan. Pasalnya manusia semakin kuat dan besar maka semakin besar tenaga pengendali yang dibutuhkan oleh otak.

Manusia Neanderthal, sepupu Homo Sapiens yang menghilang sejak 30 milenium lalu tanpa diketahui jejak dan sebabnya, dipercaya memiliki otak yang lebih masif dan besar. Sedangkan manusia Cro-Magnon, yang sempat meninggalkan jejak peradaban dengan gambar-gambar di gua sekira 17 ribu tahun lalu, dianggap sebagai Homo sapiens dengan ukuran otak yang cukup besar. Tidak heran jika kemudian mereka lebih kuat ketimbang keturunan lainnya.

Profesor psikologi dari University of Missouri, David Geary, mengatakan jika penyusutan ini merupakan salah satu cara untuk bisa bertahan di lingkungan yang ada. Dirinya diketahui telah meneliti evolusi tengkorak, dari sekira 1,9 juta hingga 10 ribu tahun lalu, dimana leluhur dan saudara manusia telah hidup di lingkungan sosial yang cukup kompleks
[..]